PENGERTIAN SEJARAH
Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo
dalam bahasa
Indonesia dapat
diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang
memerintah.
Adapun ilmu sejarah adalah
ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu
manusia.Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang
sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Orang yang
mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.
Dahulu, pembelajaran mengenai
sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora).Akan tetapi, kini sejarah lebih
sering dikategorikan ke dalam ilmu
sosial, terutama
bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.Ilmu sejarah mempelajari
berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan pada masa lalu. Ilmu sejarah dapat
dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
Sejarah Secara Etimologi
Kata sejarah secara harafiah
berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang
artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh
(تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih
adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada
bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian
dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia.
Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti
sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa,
asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu
terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah
sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa
Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal
gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan
dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah
menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting
dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah
ini dengan membuat periodisasi.
Pengertian Menurut Para
Ahli
·
Edward hallet carr
sejarah
ialah suatu proses interaksi serba terus antara sejarahwan dgn fakta-fakta yg ada
padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dg masa silam.
Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan,
dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
·
James Bank
Semua
peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan)
Sejarah
dpt membantu para siswa utk mengetahui perilaku manusia pada masa yg lampau,
masa sekarang dan akan datang.
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan
penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga
merupakan cerita yang berarti.
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah
diperbuat oleh manusia.
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat
serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk
kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk
selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan
keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas
hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan.
Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat
umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat
itu.
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,
mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
- Jumlah
perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar
kita.
- Cerita
tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita.
- Ilmu
yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.[3]
Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana
bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa
atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang
abadi, unik, dan penting.
Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang
sepanjang masa.
Peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah
terulang persis sama untuk kedua kalinya.
Peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan
orang banyak.
Klasifikasi
Karena lingkup sejarah sangat besar,
perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis
seperti H.G.
Wells, Will Durant, dan Ariel Durant menulis sejarah dalam lingkup umum,
kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah
informasi dalam sejarah, antara lain:
- Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
- Berdasarkan wilayah (geografis).
- Berdasarkan negara (nasional).
- Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
- Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus
diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal
dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka
sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah
sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis.
Banyak orang yang mengkritik ilmu
sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak
ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor
"dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang
sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang
bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana
pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya. Walau
mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan
menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.
Catatan sejarah
Ahli sejarah mendapatkan informasi
mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau
dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta
dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan",
atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern,
sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya:
film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini
dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang
hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang
menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif
(misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan
politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau
orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga
(misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya
surat-menyurat), dan hiburan.
Namun dalam penulisan sejarah,
sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut dengan kritik
sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern.
Kritik ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan
saat dia menulis karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda.
Yakni dengan melihat validisasi bentuk fisik karya tersebut, mulai
dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik. Sedang kritik
intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
Historiografi
Historiografi adalah ilmu yang
meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa
bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat
historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas
nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.
Ada pula satu bentuk pengandaian
sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan sebutan "sejarah
virtual" atau "sejarah kontra-faktual" (yaitu: cerita sejarah
yang berlawanan -- atau kontra -- dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli
sejarah yang menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi
kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau
malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi sejarah
alternatif.
Metode kajian sejarah
Ahli sejarah dari Amerika, terutama
mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil, berusaha untuk lebih
mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok sosial dan
ekonomi dalam kajian sejarahnya.Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan
keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah
semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber
sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History
(terj: Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah
modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya
pengkajian sejarah untuk masyarakat.
Belajar dari sejarah
Sejarah adalah topik ilmu
pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan
hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari
para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk
pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang
sejarah.
Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja
yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban.
Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh
dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang
bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu kutipan yang paling
terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis
oleh seorang filsuf dari Spanyol, George
Santayana. Katanya:
"Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk
mengulanginya."
Filsuf dari Jerman, Georg
Wilhelm Friedrich Hegel
mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan
oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah
belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya."
Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston
Churchill, katanya: "Satu-satunya hal yang kita pelajari dari
sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya."
Winston Churchill, yang juga mantan
jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula
berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya."
Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi
sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal:
"Sejarah ditulis oleh sang pemenang." Maksudnya, seringkali pemenang sebuah
konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu,
ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah -- dan pemelesetan fakta
sejarah -- sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.
Pandangan yang lain lagi menyatakan
bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh
usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah,
orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri
sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan.
Masih ada pandangan lain lagi yang
menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah
adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya
suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang
lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian pada masa
lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian pada masa
sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya
benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap
kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil
dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting.
Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus
ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya,
unik
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
PendidikanNasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkansuasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
manusia secaraoptimal. Agus Salim (2004) menyatakan bahwa pendidikan berusaha
membuatanak didik menemukan jati diri, kemampuan, keterampilan, kecerdasan,
dankepribadiannnya. Paulo Freire menyatakan bahwa pendidikan yang baik
adalahpendidikan yang membebaskan, yakni pendidikan yang menumbuhkan
kesadarankritis transitif dari peserta didik, berupa kemampuan dalam
menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan
menolak satupendapat, di mana seseorang mampu merefleksi dan melihat hubungan
sebabakibat (Manggeng, 2005:43). Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003
tentangSistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab
Sasaran dan Tujuan
Pembelajaran Sejarah
Sejarah merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembagan serta
peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu
(Sapriya, 2009:208-209). Terkait dengan pendidikan sejarah di sekolah dasar hingga
sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak
dan kepribadian siswa.
Sasaran Umum
Pembelajaran Sejarah
Sasaran umum
pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008:27-37) adalah :
1. Mengembangkan
tentang diri sendiri.
2. Memberikan
gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat.
3. Membuat
masyarakat mampu mengevaluasi nilai dan hasil yang telah dicapai oleh
generasinya.
4. Mengajarkan
toleransi.
5. Menanamkan
sikap intelektual.
6. Memperluas
cakrawala intelektualitas.
7. Mengajarkan
prinsip-prinsip intelektualitas.
8. Mengajarkan
prinsip-prinsip moral.
9. Menanamkan
orientasi kemasa depan.
10. Memberikan
pelatihan mental.
11. Melatih
siswa menangani isu-isu kontroversial.
12. Membantu
mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perorangan.
13. Memperkokoh
rasa nasionalisme.
14.
Mengembangkan pemahaman internasioanal.
15.
Mengembangkan keterempilan-keterampilan yang berguna.
Tujuan
Pembelajaran Sejarah
Sejarah adalah mata
pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan
dan perkembangan masyarakat Indonesa dan dunia pada masa lampau hinnga kini
(Isjoni, 2007:71). Orientasi pembelajaran sejarah di tingkat SMA bertujuan
untuk agar siswa memperoleh pemahaman ilmu dan memupuk pemikiran historis dan
pemahaman sejarah. Pemahaman ilmu membawa pemerolehan fakta dan penguasaan
ide-ide dan kaedah sejarah (Isjoni, 2007:71 ; Hassan, 1998:113).
Sebagai sarana
pendidikan, pengajaran sejarah termasuk pengajaran normatif, karena tujuan dan
sasarannya lebih dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna
yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri (Alfian, 2007:1). Melalui
pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara
kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan
untuk memahami dan menjelaskan proses perkembanagan dan perubahan masyarakat
serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jatidiri
bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pengajaran sejarah juga
bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada
masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa
lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk
menghadapai masa yang akan datang (Depdiknas, 2003 dalam Isjoni, 2007:72).
Tujuan instruksional
pembelajaran sejarah di Sekolah menurut S.K. Kochhar (2008) adalah
mengembangkan (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) pemikiran kritis, (4)
keterampilan praktis, (5) minat, dan (6) perilaku. Sedangkan menurut Sapriya
(2009:209-210) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan :
1. Membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses
dari masa lampau, masa kini dan masa depan.
2. Melatih daya krirtis
peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada
pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.
3. Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai
bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa lampau.
4. Menumbuhkan
pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui
sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan
datang.
5. Menumbuhkan
kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam
berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional।
v LANDASAN PENDIDIKAN
SEJARAH
Pendidikan sejarah harus berlandaskan hal-hal sebagai berikut :
•
Politik
Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara
•
Akademik
Kata akademik berasal dari bahasa Yunani
yakni academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut
kota Athena. Nama Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat
perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan
membuka arena perdebatan tentang berbagai hal. . Seperti ilmu pengetahuan
sosial lainnya, pendidikan sejarah harus mempunyai karakter psikopedagogis. Pendidikan
sejarah harus disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa yang akan dijadikan
subjek pembelajaran.artinya tingkatan akademik sangat berpengaruh terhadap isi
pendidikan sejarah tersebut.
•
Filosofi
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa
inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat
pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern. Pendidikan sejarah harus bisa menyusun kembali peristiwa- peristiwa
masa lalu.
Humanisme
Humanisme sebagai suatu aliran dalam
filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib
sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini
disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pendidikan sejarah harus dapat
merubah peserta didik menjadi bermartabat, dan beradab
Perenialisme
Perenialisme berasal dari kata perennial
yang berarti abadi, kekal atau selalu. Mohammad Noor Syam(1984) mengemukakan
pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
konsepsi pendidikan didasarkan oleh pertanyaan, apakah yang paling utama
untuk menghadapi tantangan krisis masa depan. Pendidikan sejarah harus berisi
warisan-warisan budaya masa lalu, yang
diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi masa
depan.
Esensialisme
Esensialisme adalah istilah yang mencakup
paham yang meneliti esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu adalah sesuatu
tersebut. Dalam filsafat pendidikan, esensialisme menghendaki bahwa pendidikan
itu hendaknya didasarkan atas nilai-nilai yang tinggi, yang kedudukanya
essensial dalam kebudayaan. Dalam hal ini pendidikan sejarah harus mencakup
pemaknaan suatu peristiwa sejarah.
v PENDIDIKAN KARAKTER
BUDAYA
Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasikan dari sumber Agama,
Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional. Berdasarkan
keempat sumber tersebut teridentifikasi sejumlah Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa serta Indikator Keberhasilan Sekolah Dan Kelas Dalam Pengembangan
Nilai Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa.
Berikut
Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa serta Indikator Keberhasilan
Sekolah Dan Kelas:
1. Religius. Sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Merayakan hari-hari besar keagamaan. Memiliki
fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. Memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
2. Jujur. Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
Menyediakan kantin kejujuran. Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
Tempat pengumuman barang temuan atau hilang. Tranparansi laporan keuangan
dan penilaian kelas secara berkala. Larangan menyontek.
3. Toleransi. Sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama
terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas. Memberikan
perlakuan yang sama terhadapstakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial, dan status ekonomi.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga
kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan
status ekonomi. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
Bekerja dalam kelompok yang berbeda.
4. Disiplin. Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Memiliki catatan kehadiran. Memberikan penghargaan
kepada warga sekolah yang disiplin. Memiliki tata tertib sekolah.
Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin. Menegakkan aturan dengan
memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.
Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK).
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Membiasakan hadir tepat waktu. Membiasakan mematuhi
aturan. Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi
keahliannya (SMK). Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai
program studi keahlian) (SMK).
5. Kerja Keras. Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.
Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. Menciptakan
kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar. Mencipatakan
suasana belajar yang memacu daya tahan kerja. Memiliki pajangan tentang
slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.
6. Kreatif. Berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir
dan bertindak kreatif.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya
pikir dan bertindak kreatif. Pemberian tugas yang menantang munculnya
karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.
7. Mandiri. Sikap dan perilaku
yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menciptakan situasi sekolah yang membangun
kemandirian peserta didik.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.
8. Demokratis. Cara berfikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan
keputusan. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan. Pemilihan
kepengurusan OSIS secara terbuka.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui
musyawarah dan mufakat. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.
Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.
Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.
9. Rasa Ingin Tahu. Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menyediakan media komunikasi atau informasi (media
cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin
tahu. Eksplorasi lingkungan secara terprogram. Tersedia media komunikasi
atau informasi (media cetak atau media elektronik).
10. Semangat Kebangsaan. Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah:Melakukan upacara rutin sekolah. Melakukan upacara
hari-hari besar nasional. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan
nasional. Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.
Mengikuti lomba pada hari besar nasional.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku,
etnis, status sosial-ekonomi. Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
11. Cinta Tanah Air. Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menggunakan produk buatan dalam negeri. Menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menyediakan informasi (dari sumber
cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.
- Indikator Keberhasilan
Kelas: Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara,
lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.
Menggunakan produk buatan dalam negeri.
12. Menghargai Prestasi. Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah:Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada
warga sekolah. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
- Indikator
Keberhasilan Kelas:Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.
Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. Menciptakan suasana
pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.
13. Bersahabat/Komunikatif.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi
antarwarga sekolah. Berkomunikasi dengan bahasa yang santun. Saling
menghargai dan menjaga kehormatan. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela
berkorban.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi
peserta didik. Pembelajaran yang dialogis. Guru mendengarkan
keluhan-keluhan peserta didik. Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga
jarak dengan peserta didik.
14. Cinta Damai. Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman,
tenteram, dan harmonis. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti
kekerasan. Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender.
Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Menciptakan suasana kelas yang damai. Membiasakan
perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Pembelajaran yang tidak bias
gender. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.
15. Gemar Membaca. Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Program wajib baca. Frekuensi kunjungan
perpustakaan. Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk
membaca.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik.
Frekuensi kunjungan perpustakaan. Saling tukar bacaan. Pembelajaran yang
memotivasi anak menggunakan referensi.
16. Peduli Lingkungan. Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian
lingkungan sekolah. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci
tangan. Menyediakan kamar mandi dan air bersih. Pembiasaan hemat energi.
Membuat biopori di area sekolah. Membangun saluran pembuangan air limbah
dengan baik. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan
anorganik. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik. Penanganan
limbah hasil praktik (SMK). Menyediakan peralatan kebersihan. Membuat
tandon penyimpanan air. Memrogramkan cinta bersih lingkungan.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Memelihara lingkungan kelas. Tersedia tempat
pembuangan sampah di dalam kelas. Pembiasaan hemat energi. Memasang stiker
perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila
selesai digunakan (SMK).
17. Peduli Sosial. Sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah: Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. Melakukan
aksi sosial. Menyediakan fasilitas untuk menyumbang.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Berempati kepada sesama teman kelas. Melakukan aksi
sosial. Membangun kerukunan warga kelas.
18. Tanggung Jawab. Sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
- Indikator
Keberhasilan Sekolah:Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk lisan maupun tertulis. Melakukan tugas tanpa disuruh. Menunjukkan
prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. Menghindarkan
kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
- Indikator
Keberhasilan Kelas: Pelaksanaan tugas piket secara teratur. Peran serta
aktif dalam kegiatan sekolah. Mengajukan usul pemecahan masalah........
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Magdalia. 2007.
‘Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi’.
Makalah. Disajikan
dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se- Indonesia
(IKAHIMSI), Semarang 16 April 2007
Hassan, Aini. 1998.
‘Pengajaran dan Pembelajaran Sejarah di Sekolah : Guru Sebagai Broker Ilmu
Sejarah’. Dalam Jurnal Masalah Pendidikan. Jilid 21. Hal 109-123. Dalam
http://myais.fsktm.um.edu.my/5154/1/8.pdf (Diunduh pada tanggal 28 Desember
2009
Isjoni. 2007.
Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Kochhar, S.K. 2008.
Pembelajaran Sejarah. Terjemahan Purwanta dan Yovita Hardiati.Jakarta : PT
Grasindo
Sapriya. 2009.
Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosda Ka
http://lenterakecil.com/nilai-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa/