Jumat, 14 Juni 2013

JURNAL PENELITIAN ( PERAN GURU IPS DALAM MENINGKATKAN KECINTAAN PESERTA DIDIK TERHADAP KEBUDAYAANNYA DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA SUKABUMI )

Dibawah ini merupakan jurnal penelitian yang berjudul
 PERAN GURU IPS DALAM MENINGKATKAN KECINTAAN PESERTA DIDIK TERHADAP KEBUDAYAANNYA DI SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KOTA SUKABUMI "

Disusun oleh kelompok kami yaitu:

1. RINALDI YUSUSP
2. RIZKY FAHLEVY
3. ASEP MUHAMMAD YASIN
4. DENA RUDIANA

Mahasiswa PGSD - A UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABMI

Apabila ada yang ingin mendownload dipersilahkan, dan kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun untuk pembuatan jurnal selanjutnya.

1. COVER, KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI ( DOWNLOAD )
2. BAB I PENDAHULUAN ( DOWNLOAD )
3. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ( DOWNLOAD )
4. BAB 3 METODE PENELITIAN ( DOWNLOAD )
5. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ( DOWNLOAD )
6. BAB 5 PENUTUP ( DOWNLOAD )
7. DAPTAR PUSTAKA ( DOWNLOAD )

Jumat, 07 Juni 2013

Sumber dan Media Pembelajaran IPS


1     Sumber Media Pembelajaran Kontekstual dan Elektronik

Media Pembelajaran kontekstual IPS di SD
Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting di dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana sampai yang canggih.
Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya lingkungan sekitar, buku literature, TV, surat kabar, majalah, dan jaringan internet.
Masalahnya sekarang apakah guru IPS sudah memanfaatkan berbagai media sebagai sumber pembelajaran secara efektif?

     A.        PENGERTIAN MEDIA

Media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau alat (sarana) untuk mencapai sesuatu.

      Assosiation for Education and Communication Technology (AECT) mendifinisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk sesuatu proses penyaluran informasi.

       Sedangkan Education Assiciation (NEA) mendifinisikan media sebagai benda yang dapat di manipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.

  Lebih jelas lagi Koyo K dan Zulkarimen Nst (1983) mendefinisikan media sebagai berikut:
“Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan seseorang sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya”.

Husain Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengertiannya identik dengan peragaan.

Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Sedangkan media pengajaran menurut Kosasih Djahiri, 1978/1979 : 66 adalah segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus selalu menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiatan mengajarnya.

     B.         Pendekatan Kontekstual

Kontekstual diambil dari kata asalnya dalam Bahasa Inggris, yaitu contekstual yang berarti memiliki hubungan dengan konteks atau dalam konteks.
•          Yang berkenaan, relefan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks
•         Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan (meaningful)
Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota kelurga dan masyarakat.

a.                  Pentingnya Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa), untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam ungkapan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahn ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks lain. Dengan layanan guru yang memadai melalui berbagai bentuk penugasan, siswa belajar bekerja sama untuk menyelesaikan masalah (problem-based learning) dan saling menghargai sehingga hubungan antar siswa akan lebih harmonis.

      b.      Pemikiran Tentang Belajar dalam Pendekatan Kontekstual
Dalam kegiatan pembelajaran, sorang guru memandang siswanya sebagai manusia yang memiliki potensi intelektual, sehingga peran guru tidak hanya memberikan informasi saja, melainkan harus membimbing siswanya agar berperan lebih aktif.
Melalui pendekatan pembelajaran yang demikian diharapkan siswa mendapatkan perubahan yang bermanfaat bagi dirinya sebagai hasil dari belajar. Sebagian besar guru melaksanakan proses belajar mengajar hanya untuk mentransfer pengalamannya pada siswa, hal tersebut terlihat disini masih banyak guru yang menggunakan metode ekspositori/ceramah.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
1.                  Proses belajar
2.                  Transfer belajar
3.                  Siswa sebagai pembelajar
4.                  Pentingnya lingkungan belajar

Banyak hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu:
a.                   Real world Learning;
b.                  Mengutamakan pengalaman nyata;
c.                   Berpikir tingkat tinggi;
d.                  Berpusat pada siswa;
e.                   Siswa aktif, kritis, dan kreatif;
f.                   Pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
g.                  Siswa praktik bukan menghapal;
h.                  Learning bukan Teaching;
i.                    Memecahkan masalah;
j.                    Siswa “acting” dan guru yang mengarahkan;

Media Pembelajaran Elektronik

A. Fungsi Media
Penggunaan media dalam proses pembelajaran, menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir,adalah:
1.                  Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
2.                  Media dapat mengatasi ruang kelas
3.                  Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan
4.                  Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.                  Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis
6.                  Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
7.                  Minat dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
8.                  Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkret sampai kepada sesuatu yang abstrak

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pengajaran adalah sebagai berikut:
1.                  Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang manunggal (Integrated) denga proses atau sistem mengajar, bukan merupakan tambahan atau ekstra yang digunakan apabila waktu menizinkan atau kalau waktu senggang saja.
2.                  Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daripada data. Hal ini sangat dibutuhkan dalam metode inkuiri, problem solving, dan diskusi.
3.                  Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar hirarki (sequance) daripada jenis alat dan kegunaannya. Berdasarkan konkret abstraknya gambar yang disajikan, kerucut Edgar Dale menggambarkan tingkatan-tingkatan pengalaman sebagai berikut: 


ü  ¨  Pengalaman langsung bertujuan.
ü  ¨  Pengalaman tiruan.
ü  ¨  Pengalaman dramatisasi.
ü  ¨  Demonstrasi.
ü  ¨  Karya wisata.
ü  ¨  Pameran.
ü  ¨  Televisi. 
ü  ¨  Gambar hidup atau film.
ü  ¨  Rekaman, radio, gambar tetap/diam; gambar.
ü  ¨  Lambang visual, seperti : bagan, grafik, peta.
ü  ¨  Lambang kata, seperti: membaca, mendengarkan, bicara.


4.                  Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum, selama, dan sesudah penggunaannya.
5.                  Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila diorganisir secara sistematis, jadi jangan hanya asal menggunakan.
6.                  Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar proses dan merangsang semangat belajar siswa. (Kosasih Djahiri, 1978/1979 : 66-68

Menurut Oemar Hamalik ada 4 klasifikasi media pengajaran antara lain:
¨  Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya flimstrip, transparansi, micro projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe.
¨  Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi elektrik, radio, rekaman pada tape recorder.
¨  Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya film, televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan (model, bak pasir, peta elektris, koleksi diorama).
¨    Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.

     C.    Media Visual yang Diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua macam yaitu:
a   .       Media Proyeksi yang Tidak Bergerak:
b   .      Media Proyeksi yang Bergerak
   
1   1. Film
Film dapat berupa visual saja, apabila film itu tanpa suara, dan dapat bersifat audio-visual, apabila film itu dengan suara.
2. Film Loop (Loop-Film)
Media ini berbentuk serangkaian film ukuran 8mm atau 16mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga dapat berputar terus berulang-ulang selama tidak dimatikan. Karena tanpa suara (silent) maka guru harus memberi narasi (komentar) sendiri, sementara film terus berputar.
3. Televisi
Sebagai seuatu media pendidikan, TV mempunyai beberapa kelebihan antara lain: menarik, up to date, dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena dapat merupakan bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
      4. Video Tape Recorder (VTR)
Walaupun sebagaian fungsi film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video tape akan menggantikan film, karena masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.

      Sistem Multi Media
Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan visual yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi penggunaan secara kombinasi dua atau lebih media pengajaran, dikenal dengan sistem multi media.
Masing-masing media dalam sistem media ini dirancang untuk saling melengkapi, sehingga secara keseluruhan, media yang dipergunakan akan lebih besar peranannya daripada sekedar penjumlahan dari masing-masing media.

Satu perangkat (kit) multi media adalah suatu gabungan bahan-bahan pembelajaran yang meliputi dari satu jenis media dan disusun atau digabungkan berdasarkan atas satu topik tertentu. Perangkat (kit) itu dapat mencakup slide, film rangkaian, pita suara, piringan hitam, gambar diam, grafik, transparansi, peta, buku kerja, chart, model dan benda sebenarnya.



PEMBELAJARAN IPS di SD

A.    PARADIGMA IPS

A. Pengertian dan Implementasi
Paradigma IPS  adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS yang diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia.
Dalam kurikulum sistem pendidikan Indonesia IPS dikembangkan dalam tiga jalur, yaitu :
1.      Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (IIS) dikembangkan dibina dan dikelola oleh Fakultas-fakultas Ilmu sosial dan politik serta humaniora murni yaitu FISIP, FH, FE, FIKOM, FB, FG, FPsi dan sejenisnya. Tiap-tiap Fakultas yang membina pendidikan ilmu-ilmu sosial ini ber-tujuan menghasilkan ilmuwan sosial dalam berbagai level, sarjana, magister dan doktor serta praktisi atau profesional seperti notaris, akuntan, auditor, jurnalis, advokad, psikolog dan sejenisnya
2.      Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial berupa program pendidikan so-sial yang dikembangkan pada jalur pendidikan persekolah dan luar sekolah. Seperti PPKN, IPS Terpadu dikembangkan di SD dan Kejar Paket A di luar sekolah. IPS Terkonfederasi mencakup materi geografi, sejarah, ekonomi koperasi yang dikembangkan  di SMP dan Kejar Pa-ket B di Luar Sekolah. IPS Terpisah meliputi mata pelajaran geografi, sejarah,  antropologi, sosiologi, ekonomi koperasi dan tata        negara. Tujuan program PIPS yang dikembangkan di sekolah dan luar sekolah ini bertujuan untuk menyiapkan peserta di-dik sebagai  warga negara dan masyarakat yang baik serta memberikan dasar pengetahuan ilmu-ilmu sosial untuk kelan-jutan pendidikan pada jenjang berikutnya.
3.      PDIPS merupakan pendidikan disiplin IPS yang  dikelola dan      dibina di Fakultas Pendidikan IPS pada LPTK, STKIP dan FKIP. Program PDIPS ini bertujuan untuk menghasilkan guru IPS dan PPKN yang menguasai konsep-konsep esensial ilmu-ilmu sosi-al  dan materi disiplin lain yang terkait serta mampu membe-lajarkan peserta didik secara bermakna.

     B.     Latar Belakang Pendidikan IPS
  • Istilah IPS yang dikembangkan di Indonesia diadopsi dari Social Studies yang dikembangkan di Amerika.
  • Namun yang diadopsi hanyalah ide-ide dasar dan isinya saja se- dangkan tujuan, materi dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Ide dasar yang diadopsi berupa pengertian social studies, yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan.
  • Sedangkan isinya meliputi aspek sejarah, eknomi, sosiologi, psikologi, geografi, politik, dan hukum yang  dalam prakteknya dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak dan tujuan pembelajaran mulai  dari SD hingga PT.
  • Pendekatan yang digunakannya pun tidak jauh berbeda yaitu pendekatan interdispliner dan multidisipliner.
    C.    PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPS
  1. Istilah IPS yang diadopsi dari social studies itu untuk pertama kalinya diwacanakan  dalam seminar nasional tentang civic education tahun 1972 di Tawangmangu Solo.
  2. Dalam seminar itu muncul  tiga  istilah, yaitu  pengetahuan sosial, studi sosial dan ilmu pengetahuan sosial yang diartikan sebagai sua-tu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan de-ngan menggunakan pendekatan interdisipliner  dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami  siswa. Namun istilah ini belum masuk dalam kurikulum sekolah tetapi baru berupa wacana akademik saja.
  3. Konsep IPS ini baru dimasuk ke dalam dunia persekolahan pada ta-hun 1972-1973, yaitu dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pem-bangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam Kurikulum SD PPSP digunakan Istilah “Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial” sebagai mata pe-lajaran sosial terpadu,  yang mencakup mata pelajaran Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia dan Civics dalam arti Pendi-dikan Kewargaan Negara.
  4.  Kemudian dalam Kurikulum 1975 dikembangkan pendidikan IPS de-ngan menampilkan empat profil, yaitu (1) Pendidikan Moral Panca-sila yang menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai ben-tuk pendidikan IPS  khusus yang mewadai tradisi “citizenship trans-mission”;(2) Pendidikan IPS  terpadu untuk SD; (3) Pendidikan IPS ter-konfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep pa-yung yang menaungi mata pelajaran geogerfi, sejarah dan ekonomi koperasi;(4) Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pe-lajaran sejarah, geografi dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG.
  5.  Selanjutnya perkembangan pemikiran pendidikan IPS dalam kuriku-lum hingga dasawarsa 1990-an pendidikan IPS  di Indonesia memiliki dua konsep, yaitu (1) Pendidikan IPS dalam tradisi citizenship trans-mission meliputi PPKN dan Sejarah Nasional, (2) Pendidikan IPS da-lam tradisi social science berupa IPS terpadu untuk SD, terkonfederasi untuk SLTP dan terpisah untuk SMA.
  6.  Dari pemikiran yang berkembang hingga  saat ini pendidikan IPS ter-pilah dalam dua arah yaitu :
Pertama pendidikan IPS untuk dunia persekolahan, yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dipilih sesuai perkembangan usia anak didik untuk tujuan pendidik-an persekolahan, dan
Kedua PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan Guru yang pada hakikatnya merupakan hasil dari penyelek-sian dan pengorganisasian secara ilmiah  dari ilmu-il-mu sosial, humaniora dan disiplin lain yang relevans untuk tujuan pendidikkan profesional guru IPS, dan PIPS merupakan salah satu isi dalam PDIPS.

     D.    PENGERTIAN PENDIDIKAN IPS
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adopsi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. (Somantri)
Pendidikan IPS adalah seleksi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorga-nisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis un-tuk tujuan pendidikan. (Somantri).

 Sumber : Dosen IPS ( Bpk.H.Ibnu Hurri,.S.sos )

Selasa, 04 Juni 2013

HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS

HAKIKAT KONSEP DASAR IPS

        IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial. Ada tiga istilah yang termasuk bidang pengetahuan sosial yang terkadang membuat kita bingung dengan istilah – istilah ini yaitu ilmu sosial ( Social Sciences ), studi sosial ( Social Studies ), dan ilmu pengetahuan sosial ( IPS ). IPS itu  bukanlah merupakan bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis tetapi merupakan bidang pengkajian tentang masalah atau gejala sosial. Selain itu IPS juga sering disebut istilah – istilah ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, antrofologi sosial, antropologi pendidikan yang dipelajari oleh peserta didik ( siswa ) di tingkat dasar ( SD ) dan menengah.
Social Education dan social learning merupakan istilah IPS yang digunakan pada jaman dahulu tetapi dengan bergantinya berbagai perundang – undangan maka dua istilah ini diganti dengan istilah IPS. Dimana social education dan social learning ini lebih menitikberatkan pada pengalaman peserta didik disekolah yang dianggap lebih membantu peserta didik untuk mampu beradaptasi atau bergaul dengan dimasyarakat. Dalam pengkajiannya IPS menggunakan bidang – bidang keilmuan yang termasuk bidang – bidang ilmu sosial. Penerapan disekolah tentang IPS sering dipraktekan sebagai ilmu – ilmu sosial, padahal antara IPS dan IIS mempunyai perbedaan yang mendasar tetapi keduanya tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan.
IPS tidak menitikberatkan kepada bidang – bidang teoritis tetapi lebih pada bidang praktis dalam mempelajari masalah – masalah sosial ataupun gejala sosial yang terdapat dilingkungan masyarakat. Begitupun studi sosial tidak terlalu akademis namun merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan ditingkat persekolahan mulai dari SD samapai perguruan tinggi. Tanpa kita sadari kita sudah mempelajari studi sosial dari pengalaman – pengalaman kita sehari – hari baik itu melalui TV ataupun dilingkungan sekitar. Pendidikan IPS berbeda dengan IIS dimana IPS itu menggunakan pendekatan Interdisipliner ( kajian bidang tertentu atau hanya satu ilmu saja ) dan Multidisipliner ( penggabungan dari bidang – bidang tertentu ) dengan menggunakan bidang – bidang keilmuan. Pendekatan IIS bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing – masing. Sedangkan pendekatan studi sosial bersifat multidimensional yaitu melihat satu masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan.
Pada hakikatnya IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Misalnya di tingkat SD perpaduannya antara sejarah dan geografi, SMP perpaduannya antara sejarah, geografi dan ekonomi koperasi, sedangkan di SMA perpaduannya antara sejara, geografi, ekonomi koperasi, dan antropologi. Dan di perguruan tinggi IPS ini dikensl dengan studi sosial dimana IPS dan Studi sosial merupakan perpaduan berbagai keilmuan ilmu sosial. Jadi IPS merupakan penyederhanaan dan penyaringan terhadap IIS yang penyajian di persekolahan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi tersebut.
Bentuk pembelajaran IPS ini berupa konsep – konsep dan kenyataan yang ada ( fakta ) yang dapat dipahami dan dipecahkan yang berkaitan dengan masalah – masalah soial. Contoh : dalam Geografi “ PENEBANGN HUTAN” maka akan terjadilah kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan geografi saja tetapi yang lainnya juga menjadi tidak stabil / seimbang baik secara ekonomi maupun sosial kemsyarakatan / sosial budaya. Pada proses pembelajaran IPS ini dilakukan secara bertahap dan berkisinambungan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik. Selain itu keanekaragaman pembelajarannya juga harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Adapun secara formal proses pembelajaran dan membelajarkan yaitu terjadi di sekolah baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga peserta didik dibelajarkan pada kehidupan yang sesungguhnya.
B.     KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS
IPS mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakteristik IIS, walaupun seperti itu keberadaan IIS tidak bisa dipisahkan dengan IPS karena konsep – konsep IIS merupakan sumber pengembangan materi pembelajaran IPS. Aspek kehidupan yang kita jalani baik itu hubungan sosial, ekonomi, sejarah ataupun politik itu semua bersumber dari masyarakat, maka dari itu masyarakat menjadi sumber utama dari IPS.
Sumber pembelajaran atau materi IPS dapat diperoleh dari berbagai cara baik itu dari buku, cerita, pemberitaan, surat kabar, TV, atau berkenaan langsung dengan kehidupan masyarakat setempat. Maka dari sumber – sumber itu dapat diperoleh berbagai pengetahuan termasuk didalamnya pengetahuan sosial dan nilai – nilai yang bermakna dalam kehidupan peserta didik.
Karakteristik IPS yaitu bagaimana kita sebagai pendidik memberikan berbagai pengertian yang mendasar yang harus dimiliki oleh peserta didik, melatih berbagai keterampilan yang harus selalu dikembangkan melalu pendidikan IPS ini, serta mengembangkan atau membentuk moral yang dibutuhkan oleh peserta didik. Karakteristik IPS ini ditentukan oleh jenjang pendidikan peserta didik atau usia peserta didik. Adapun pada hakikatnya karakteristik IPS itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu Interdisipliner dan Multidisipliner. Dimana interdisipliner dapat ditijau dari rumpun – rumpun IPS seperti ekonomi,sosial, sejarah, geografi, antropologi dll, dalam artian hanya menggunakan satu ilmu saja. Sedangkan multidisipliner itu merupakan penggabungan dari semua disiplin – disiplin ilmu IPS dimana penggabungannya itu saling berkaitan. Misalnya pembelajaran di SD tentang Global Worming, masalah tersebut bisa dilihat dari geografinya, ekonomi, sosial dll.
Untuk mengetahui pencapaian dan pemahaman peserta didik setelah mengikuti pembelajaran IPS maka harus diadakan evaluasi secara terus – menerus sesuai dengan proses pembelajarannya. Karena dengan diadakannya evaluasi ini kita sebagai pendidik akan mengetahui apakah kompetensi yang telah ditetapkan atau tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai atau belum. Selain itu evaluasi pembelajaran IPS ini harus berdasarkan asas- asas evaluasi yang meliputi asas kompherensif, asas objektif dan asas kontuinitas atau berkesinambungan. Dan evaluasi juga harus meliputi berbagai aspek yaitu aspek kognitif, apektif dan psikomotor.

PROBLEMA MASUK DAN PERSEBARAN ISLAM DI INDONESIA

1.      Masuknya Islam Ke Indonesia
 
        Mengenai peran perdagangan dan para pedagang dalam mengislamkan Indonesia, dimana pengaruh dan penyebaran Islam sangat efektif sekali.Hal ini disebabkan karena banyak orang yang begitu saja tertarik untuk memeluk agama Islam sebelum mempelajari syari’at agamanya secara rinci dan mendalam. Di tambah pula dengan sikap masyarakat pada umumnya yang tidak suka berfikir lama dan mengadakan pembahasan yang dalam mengenai masalah aqidah, cukup dengan melihat dan mengamati tingkah laku yang diperagakan oleh mereka yang telah memeluk Islam, baik dalam melaksanakan ajaran aqidahnya maupun dapat melaksanakan akhlak dan ajarannya di tengah-tengah masyarakat, mereka sudah tertarik dan ingin memeluk Islam.
Tentang masuknya Islam di Indonesia ada beberapa pendapat dari para ahli diantaranya :
  1. Pendapat pertama yang dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda di antaranya Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa agama Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung) dengan bukti ditemukannya makam Sultan yang beragama Islam Pertama yakni Malik As-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang di katakan berasal dari Gujarat.
  2. Pendapat kedua di pelopori sarjana-sarjana muslim, di antaranya Prof Hamka yang mengadakan seminar “sejarah masuknya Islam ke Indonesia” di Medan pada tahun 1963, Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (kurang lebih abad ke-7 sampai abad ke-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13. Jalur pelayaran ini melaui selat Malaka yang menghubungkan dengan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur). Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayah di Asia Barat.
Bersamaan dengan para pedagang, datang pula da’i-da’i dan musafir-musafir sufi.  Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan dengan pedagang dari negeri-negeri di ketiga bagian benua Asia tersebut. Hal ini memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik sehingga terbentuklah perkampungan masyarakat muslim. Pertumbuhan perkampungan ini semakin meluas sehingga perkampungan itu tidak hanya bersifat ekonomis tetapi embentuk struktur pemerintahan.
Mengenai perbedaan pendapat mengenai asal-usul Islam di Indonesia, telah menyita banyak perhatian sejarawan.Tetapi sejauh itu dipergunakan untuk mencari asal-usul Islam di Indonesia hampir semua teori yang kemudian dikenal dengan teori Gujarat dan teori Arab yang menegaskan masing-masing sebagai hal yang paling benar. Tetapi sebenarnya keduanya mempunyai pengaruh yang sama besarnya. Untuk penjelasan teori-teori ini dapat dilacak dalam beberapa buku. Misalnya T.W Arnold, The Preaching of Islam : A History of  The Propagation of The Muslim Faith. (Lahore : SA Muhammad Asraf,1968). Hlm : 369-371.
Sedangkan menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul “ Menemukan Sejarah” mengenai proses masuk dan berkembangnya agama  Islam di Indonesia terdapat tiga teori yaitu : teori Gujarat, teori Mekkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia.Asal negara dan tentang penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Teori tersebut, pada dasarnya masing-masing mempunyai kebenaran dan kelemahannya tetapiberdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangn pada abad ke-13 M. sebagai pemegang peranan dalam penyebaran agama Islam adalah bangsa Arab,Persia dan Gujarat (India).
2.      Proses Masuknya Islam Ke Indonesia.
 Mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia petama kali ialah melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir utara.
 Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam kepada masyarakat Indonesia adalah para saudagar-saudagar muslim baik dari Gujarat maupun dari Arab dengan cara berdagang. Dari hubungan berdagang inilah akhirnya mereka saling mengenal dan terjadilah hubungan yang dinamis diantara mereka. Mereka tidak semata-mata berdagang saja tetapi mereka juga berdakwah menyebarkan agama Islam melalui beberapa cara dan saluran yang akan di bahas pada pembahasan berikutnya.
Pada mulanya proses penyebaran agama Islam masih terbatas pada daerah-daerah pesisir pantai, namun sejak abad ke-15 kota-kota di dekat pantai baik di Jawa, Sumatera maupun daerah-daerah lainnya berubah menjadi wilayah yang berpenduduk muslim. Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya Islam ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur laut.
Melalui jalur darat Islam di bawa dari Mekkah melalui Baghdad-Kabul-Kashmir, lalu singgah di Siangkiang diteruskan ke Malaka melalui  daerah pesisir. Sedangkan melalui jalur laut mula-mula Islam disebarkan dari Jeddah menuju Aden (sekarang Yaman) terus ke Maskat dan Baisut ( keduanya termasuk daerah Oman ). Dari Oman kemudian ke pantai Malabar terus ke Kodonggalor, Qulam Nali (Qutan) dan Kalian, kemudian ke negeri Cyilon dan melalui pantai koromandel (India)  menuju Saptagrum (dekat Kalkuta), menuju Chittagong ( Bangladesh) dan Akhjab (Birma) kemudian dari Birma akhirnya Islam sampai ke Nusantara melalui dua jalur yaitu :
  1. Melaui Malaka, Patani, kanton (Cina Selatan), Brunai dan akhirnya sampai di kepulauan Mindanau.
  2. Peurelak, Samudera Pasai, Kuta raja, Lamuo, Barus, Padang, Banten, Jepara, gresik, ujung Pandang, ternate dan Tidore.

3.      Cara Dan Saluran Islamisasi Di Indonesia.

 Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat Indonesia pada umumnya dilakukan secara damai.Berbeda dengan penyebaran Islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh para pedagang, kemudian di lanjutkan oleh para guru agama (Da’i) dan pengembara Sufi
saluran – saluran islamisasi yang berkembang di Indonesia melalui enam cara, yaitu :
1. Saluran Perdagangan.
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah melalui perdagangan, kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang muslim ( Arab, persia, dan India ) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia. Saluran islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
2. Saluran Perkawinan.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih tinggi dan baik daripada kebanyakan masyarakat pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri-istri saudagar-saudagar tersebut. Sebelum menikah mereka di islamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan lingkungan mereka semakin meluas dan akhirnya muncul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan dan lebih cepat dalam penyebaran agama Islam karena apabila terjadi perkawinan antara anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena mereka adalah orang – orang yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat dan kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
3. Saluran Tasawuf.
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini puteri -puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang di ajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru tersebut mudah dimengerti dan diterima.Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke- 19 bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran Pendidikan.
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang digunakan dan diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiyai-kiyai dan ulama’-ulama’. Di pesantren atau pondok itu calon ulama’, guru, dan kiyai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masingatau berdakwah ke tempat tertentu untuk mengajarkan agama Islam.
5. Saluran Kesenian.
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang .dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan tetapi ia meminta para penonton untuk mengikuti mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapidi dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastera (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik.
Di beberapa daerah di Indonesia kebanyakan rakyat masuk Islam setelah penguasa atau rajanya masuk Islam terlebih dahulu.Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat membantu tersebarnya Islam di nusantara ini.Di samping itu kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk agama Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
 
KESIMPULAN
  Dari pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia dapat kita simpulkan bahwa :
  • Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia  pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai abad ke-8 M ). Sedangkan pendapat yang lainnya mengatakan pada abad ke- 13.
  •  Mengenai pembawa dan penyiar Islam juga terjadi perbedan pendapat, ada yang mengatakan dari Arab dan ada juga yang mengatakan dari Gujarat.
  •  Mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia petama kali ialah melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam kepada masyarakat Indonesia adalah para saudagar-saudagar muslim baik dari Gujarat maupun dari Arab dengan cara berdagang dan jalurnya melalui jalur darat dan melalui jalur laut.
  • Saluran – saluran islamisasi yang berkembang di Indonesia melalui enam cara, yaitu :
  1. Saluran Perdagangan.
  2.  Saluran Perkawinan.
  3. Saluran Tasawuf.
  4. Saluran Pendidikan.
  5. Saluran Kesenian.
  6. Saluran Politik.


DAFTAR PUSTAKA

Harun, Yahya M. Drs. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. Kurnia Kalam Semesta. Jakarta. 1999.
Mansur Suryanegara, Ahmad. Menemukan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia. Mizan. Jakarta. 1996
Ridwan, Nur Kholik. Islam Borjuis dan Islam Proletar. Galang Press. Yogyakarta. 2001.
Syukur, Fatah NC.Drs. H M.Ag.Sejarah Peradaban Islam. Fakultas Tarbiyah, IAIN WaliSongo. Semarang. 2008. Cet I.