BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis
profesional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa
demikian? Jawabnya sederhama. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku
yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk meciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan
pengajaran efisien dan menggunakan mereka dapat belajar. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih
tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
Dengan
masalah yang telah bukan rahasia umum itu maka penulis menarik kesimpulan untuk
lebih membuka lagi mengenai judul yang akan kami bahas yaitu “Pengelolaan
Kelas” yang mana di dalamnya terdapat beberapa masalah-masalah
pengelolaan kelas, untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan di dalam
Pembahasan yaitu pada Bab II.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas
yaitu:
1. Apa itu
Pengertian Pengelolaan kelas?
2. Apa Tujuan
Pengelolaan Kelas?
3. Apa peran
guru dalam strategi pengelolaan kelas?
4. Apa Saja
Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ?
5. Apa Saja Pendekatan-Pendekatan
dalam pengelolaan kelas ?
6. Bagaimana
Penataan ruang kelas?
7. Apa Yang
Menjadi Masalah dalam pengelolaan kelas ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis dan
pembaca dalam bidang pembelajaran khususnya yaitu mengenai pengelolaan kelas
dengan interaksi komunikatif siswa. Adapun rincian yang ingin di capai dalam
pembahasan makalah penulis adalah:
1. Agar dapat
memahami pengertian Pengelolaan kelas
2. Agar dapat
mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas
3. Agar dapat
mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas
4. Agar
mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas
5. Agar
mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam
pengelolaan kelas
6. Agar dapat
memahami Penataan ruang kelas
7. Agar dapat
mengetahui Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan makalah yang penulis susun adalah ada beberapa poin yang
dapat di ambil sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.
Adapun
manfaat yang bisa di ambil dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat
memahami pengertian Pengelolaan kelas
2. Dapat
mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas
3. Dapat
mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas
4. Dapat
mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas
5. Dapat
mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam
pengelolaan kelas
6. Dapat
memahami Penataan ruang kelas
7. Dapat mengetahui
Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
1.5 Sistematika Penulisan
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penulisan
1.4 Manfaat
Penulisan
1.5 Sistematika
Penulisa
BABA II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengelolaan Kelas
2.2
Tujuan Pengelolaan Kelas
2.3
Peran Guru Dalam Strategi pengeloloaan kelas
2.4
Prinsip – prinsip dalam Pengelolaan Kelas
2.5
Pendekatan-Pendekatan dalam
pengelolaan kelas
2.6
Penataan ruang kelas
2.7
Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen
adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[1]
Sedangkan
kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.[2]
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha
yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk
kepentingan pengajaran.[3]
Dalam
konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui
oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.
Sedangkan
menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya
mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115),
dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi
kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan
dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.[4]
2.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada
hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan
kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas
yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa
tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[5]
Terkait dari
penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari
segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala
kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar
terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan
guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
2.3 Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan
inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan
salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar
mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran
dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman,
2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
(a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru
sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a) Guru Sebagai
Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada
orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa
tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru.
Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku
yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai
demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh
bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai
Pengelola Kelas
Evaluator atau menilai sangat
penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya
adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian
evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada
beberapa tingkatan antara lain :
-
Mengetahui
-
Mengerti
-
Mengaplikasikan
-
Analisis
-
Sintesis (analisis
dalam berbagai sudut)
-
Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa
digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya
suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di
pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam
melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif
dan psikomotorik. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses
evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus
terbuka.
c) Guru Sebagai
Mediator Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa
kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan
pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak
didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa
belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang
tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi,
mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa
dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d) Guru Sebagai
Evaluator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga
media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai
sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai
beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus
pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami
pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang
pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat
diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas
sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
2.4 Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah
gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan.
Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip
pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut ini :
1. Hangat dan antusias
Hangat dan
antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab
engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya
gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan
kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4. Keluesan
Keluesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada
dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas
adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru
sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri
dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila
ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.[6]
2.5 Pendekatan-Pendekatan
Dalam Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah
yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak
didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk
meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan
dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah
seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.
Pendekatan Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Sesuai
dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini
bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau
kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus
diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan
hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk
itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang
dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya,
tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi
atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya
tingkah laku tersebut akan dihindari
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8.
Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar
tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
9.
Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic
approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali
atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi
yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan
dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
2.6 Penataan Ruang Kelas
Meneciptakan suasana belajar yang
menggairahkan perlu memeperhatikan peraturan/penataan ruang
kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan belajar hendaknya
memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan anak didik
bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang
diperhatikan adalah:
a. Ukuran dan
bentuk kelas
b. Bentuk serta
ukuran bangku dan meja anak didik
c. Jumlah anak
didik dalam kelas
d. Jumlah anak
didik dalam setiap kelompok
e. Jumlah
kelompok dalam kelas
Komposisi
anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang
pandai, pria dengan wanita).[7]
2.7 Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Kelas
Keaneka
macaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan
kelas. Menurut made pidarta masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan
dengan perilaku siswa adalah:
- Kurang
kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan
jenis kelamin.
- Tidak
ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,
bercakap-cakap, bergi kesana-kemari, dan sebagainya
- Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan,
mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya
- Kelas
mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong
perilaku siswa yang keliru.
- Mudah
mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu,
iklim yang berubah dan sebagainya
- Moral
rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat
belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya
- Tidak
mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya .[8]
Kegiatan interaksi edukatif dengan
pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak
didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang.
Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya di
tempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat
melihat tulisan di papantulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang
mengalami ganggung pendengaran didepan akan mempermudah si anak untuk menyimak
apa yang disampaikan guru.
Pengaturan tempat duduk sebenarnya
akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan
pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam perbedaan
dari ketiga aspek itu ada juga terselip persamaannya, persamaan dan perbedaan
dimaksud adalah:
1.
Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)
2.
Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3.
Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4.
Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5.
Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6.
Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7.
Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan /pengalaman
8.
Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
9.
Persamaan dan perbedaan dalam minat
10. Persamaan
dan perbedaan dalam cita-cita
11. Persamaan
dan perbedaan dalam kebutuhan
12. Persamaan
dan perbedaan dalam kepribadian
13. Persamaan
dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
14. Persamaan
dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan
Berbagai persamaan dan perbedaan
kepribadian siswa diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan kelas.
Terutaman berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna
menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan
belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk
kepentingan pengajaran.
2.
Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas
bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dalam intelektual dalam kelas.
3.
Peran guru dalam strategi
pengelolaan kelas adalah : Guru sebagai
Demostrator, guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai
Fasilitator.
4.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas adalah Hangat dan
Antusias, Tantangan, Bervariasi, Keluesan, Penekanan pada hal-hal yang positif,
Penanaman disiplin diri.
5.
Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas
terdiri dari : Pendekatan kekuasan, Pendekatan Ancaman,
Pendekatan kebebasan, Pendekatan Resep,
Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio
Emosional, Pendekatan Kerja kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.
6.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang
diperhatikan adalah : Ukuran dan bentuk kelas, Bentuk serta ukuran bangku dan
meja anak didik, Jumlah anak didik dalam kelas, Jumlah anak didik dalam setiap
kelompok, Jumlah kelompok dalam kelas.
7.
Masalah Dalam Pengelolaan Kelas adalah: Kurang
kesatuan, Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, Reaksi negatif
terhadap anggota kelompok, Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya,
Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, Moral rendah,
permusuhan, Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
3.2 Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam
makalah ini, maka pembaca dapat menggali kembali sumber-sumber lainnya, untuk
menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian,
untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Cv.
Rajawali, Jakarta, 1991.
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002.
Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak didik dalam
Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta,2002.
Tutut Sholehah, Strategi
Pembelajaran yang Efektif, Jakarta : Citra Grafika Desian, 2008.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html di Akses pada 16-03-2013 (21:28)
[1]Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta
:Rineka Cipta, 2002, h. 196
[2] Ibid, h. 196
[3] Ibid, h. 198
[5]
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi
Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h. 199-200
[6
] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi
Belajar MengajarI, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h. 206
[7]
SyaifulBahriDjamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta :
Rineka Cipta, 2002, h. 174
[8]
SyaifulBahriDjamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta : Rineka
Cipta, 2002, h. 218